Jumat, 16 Juli 2010

Mendengar di Tengah Keluarga

Yakobus 1:19 Pdp. Ir. Ronald Daniel M.PM.
Kenapa Yakobus menuliskan hal ini, karena manusia lebih cenderung untuk berbicara daripada mendengar, ketika orang lain menyampaikan pendapatnya kita bantah terus tidak ingin mendengar pendapat orang lain, di dalam komunikasi yang sering terjadi adalah seperti itu, di dalam keluargapun seperti itu, Ketika orang lain menyampaikan pendapat akan dipotong agar tidak berbicara lagi. Kita akan belajar empat hal
Yang pertama, mengapa kita lebih suka berbicara dari pada mendengar? Manusia secara natural di-design utk memerintah (Kejadian 1:28) maka kita ini memang secara natural di bentuk untk menyampaikan perintah, tetapi pada mulanya tentu manusia itu bukan hanya sekedar memerintah tetapi juga memiliki kemampuan untuk mendengar, tetapi setelah manusia jatuh dalam dosa, manusia itu yang mulanya memerintah dengan pusatnya adalah Tuhan berubah menjadi pusatnya kepada dirinya sendiri, maka dari itu manusia lebih suka menyampaikan pendapatnya dari pada mendengarkan pendapat orang lain. Ada 2 sebab umum orang mau mendengar: Yang pertama Dewasa karena pengalaman hidup yg menempa orang tsb sehingga jadi dapat menghargai pendapat orang lain, yang kedua tidak percaya diri karena ragu bahwa diri sendiri mampu mengerjakan sebuah tugas, mengatasi suatu masalah ataupun persoalan, kemudian kita seharusnya mendengar dengan penuh kesadaran.
Yang kedua, mengapa kita harus mendengar? Karena TUHAN adalah Allah yg mendengar (Kej 16:11; Kel 2:24; 3:7; 1 Raj 9:3, Yesaya 59:1, dll.), kita punya Allah yang sangat peduli akan kita, Dia suka mendengar apapun yang menjadi masalah dalam hidup kita, Kita adalah orang-orang yang dipilih oleh Allah untuk beroleh keselamatan, rencana Allah tidak akan pernah gagal, bukan orang-orang yang mengisi gedung-gedung gereja yang akan diselamatakan tetapi orang-orang yang berubah paradigmanya yang lahir baru yang akan diselamatkan, karena itu kita harus belajar mendengar. Kemudian Allah memerintahkan kita utk mendengar (Mat 13:9; Why 13:9), Agar jangan jadi orang bodoh dan tercela (Ams 18:13, Pengkhotbah 4:17) banyak orang yang hanya pura-pura mendengar dan tidak sungguh-sungguh mendengar, maka ketika Firman itu disampaikan dalam kebenaran Alkitabiah tidak banyak yang menyukai, kebanyakan orang suka mendengar Firman yang menyenankan telinganya dan hatinya sesuai dengan paradigmanya, kalau kita tidak mau mendengar kita menjadi orang yang bodoh. Agar makan hasil yg baik & tidak harus dihukum (Yesaya 1:19-20; 42: 20-24), baik dalam pengertian bukan enaknya bukan banyaknya tetapi bagaimana itu dasarnya kebenaran, bukan berlimpah-limpah secara kekayaan tetapi berlimpah-limpah secara rohani dan kita percaya kita tidak akan pernah kekurangan, iman bahwa kita akan hidup dengan berkecukupan dan tidak akan kekurangan itu adalah iman yang benar, kemudian Supaya kita dapat hidup bergaul dengan Tuhan (Why 3:20) dan dengan sesama, Jika kita ingin mendengar Tuhan kita mau mendengar kebenaran Firman-Nya, Tuhan akan bergaul dengan kita, dan bukan hanya itu ketika kita bisa mendengar maka kita juga dapat bergaul dengan sesama kita dengan baik, jika kita tidak pernah mau mendengar apa yang menjadi keluh kesah, masalah atau apa yang mau dibagikan dalam kesukaan seseorang kita sebetulnya tidak bisa bergaul karib dengan dia, karena kita hanya ingin di dengar tetapi kita tidak ingin beri hati kita, telinga kita, untuk sungguh-sungguh mendengar.
Yang ketiga Bagaimana caranya supaya kita dapat mendengar, Berilah diri kita untuk mengalami lahir baru perubahan paradigma dari hal yang salah berpusat diri sendiri jadi berpusat kepada Tuhan, mengembalikan Tuhan sebagai pusat kehidupan dan bukan kepentingan diri sendiri lagi ini adalah awal dari kemampuan kita untuk mau mendengarkan orang lain termasuk keluarga, ikut Tuhan meskipun menderita tetap ikut Tuhan, ketika sakitpun tetap memuji Tuhan itu tanda kita sudah lahir baru. Berlatihlah dengan tekun untuk rendah hati tidak bisa seseorang berubah drastis dalam waktu singkat, Belajar untuk menganggap orang lain lebih penting dari diri sendiri walaupun mungkin dia lebih muda, rendah kedudukan/status sosialnya, miskin, dll.
Yang keempat Apa yang harus didengar? Firman Tuhan – menjaga kita dari kesesatan (Ul 31:11-13) Nasehat (Amsal 1:8; 12:15) Didikan (Amsal 8:33). Kesimpulan dengan menjadi pendengar yang baik kita akan dapat bersama membangun sebuah keluarga yang baik, harmonis, kokoh, takut akan Tuhan, dan penuh damai sejahtera.

TINJAUAN PENGAJARAN REINKARNASI DALAM AGAMA HINDU & ALKITAB



BAB I
PENDAHULUAN

Ketika penulis melihat keadaan yang memungkinkan untuk meninjau tentang ajaran reinkarnasi ini, terdapat hal-hal yang terjadi di dalam kekristenan, ada orang-orang yang memahami tentang apa itu reinkarnasi dalam kekristenan diartikan lain, dan sikap mereka yang melihat bagaimana ajaran reinkarnasi itu seolah-olah diajarkan di dalam kekristenan.
Hal ini ditinjau dari sudut pandang apa sebenarnya ajaran reinkarnasi, dan berasal dari ajaran manakah ajaran reinkarnasi tersebut, karena ada beberapa yang memahami bahwa reinkarnasi tidak diajarkan secara jelas di dalam Alkitab, seperti halnya ajaran tentang Trinitas , sehingga memungkinkan mereka yang memahami tentang reinkarnasi di dalam kehidupannya dapat terjadi.
Itulah yang mendasari penulis untuk mengangkat hal ini, yaitu bagaimana memahami yang sebenarnya tentang reinkarnasi, apa itu ajaran reinkarnasi dan ditinjau dari ajaran hindu dan ajaran Alkitab, apakah di dalam Alkitab memang benar diajarkan tentang reinkarnasi atau tidak sama sekali Alkitab mengajarkan hal tersebut. Maka penulis akan meninjau dari ajaran-ajaran yang ada terutama ajaran agama Hindu.

BAB II
PEMAHAMAN REINGKARNASI DALAM AGAMA HINDU
PEMAHAMAN SECARA ETIMOLOGIS

Secara etimologis dapat diartikan bahwa sebenarnya kata reinkarnasi berasal dari kata re+in+carnis. Kata Latin carnis berarti daging, Incarnis artinya mempunyai bentuk manusia, reinkarnasi adalah dilahirkan kembali, yang dilahirkan itu bukanlah wujud fisik sebagaimana keberadaan kita saat ini tetapi yang lahir kembali itu adalah jiwa orang tersebut yang kemudian mengambil wujud tertentu sesuai dengan hasil pebuatannya terdahulu, itu yang sebenarnya menjadi arti dari reinkarnasi secara etimologis.
karena badan halus adalah unsure yang terus ada sepanjang proses reinkarnasi sampai terjadi penyelamatan , Dapat dikatakan bahwa kehidupan setelah kematian itu mengalami suatu perputaran dimana ketika seseorang berbuat sesuatu yang jahat, maka di kehidupan selanjutnya dia akan mengalami suatu penderitaan kembali atau disebut dengan karma.

PEMAHAMAN REINKARNASI MENURUT HINDUISME

Agama Hindu sudah jelas-jelas meyakini reinkarnasi, reinkarnasi adalah ajaran dasar pada kedua agama Timur ini. Di Hindu sendiri poin reinkarnasi masuk kedalam 5 dasar keyakinan mendasar, Ayat-ayat yang membenarkan reinkarnasi dalam Hindu antara lain adalah sebagai berikut:
Dahulu kala Prajapati mencipta manusia bersama bhakti persembahannya dan berkata dengan ini engkau akan berkembangbiak dan biarlah dunia ini jadi sapi perahanmu.-[Bhagavad-Gita 3.10]- Beberapa jiwa memasuki kandungan untuk ditubuhkan; yang lain memasuki obyek-obyek diam sesuai dengan perbuatan dan pikiran mereka.-[Katha Upanisad 2.2.7]- Mahluk-mahluk di dunia yang terikat ini adalah bagian percikan yang kekal (Brahman) dari Ku, mereka berjuang keras melawan 6 indria termasuk pikiran.-[Bhagavad Gita 15.7]- Setelah memakai badan ini dari masa kecil hingga muda dan tua, demikian jiwa berpindah ke badan lain, ia yang budiman tidak akan tergoyahkan-[Bhagawad Gita 2.13]- Ibarat orang meninggalkan pakaian lama dan menggantinya dengan yang baru, demikian jiwa meninggalkan badan tua dan memasuki jasmani baru.-[Bhagawad Gita 2.22]
Dalam filsafat agama Hindu, reinkarnasi terjadi karena jiwa harus menanggung hasil perbuatan pada kehidupannya yang terdahulu, pada saat manusia hidup, mereka banyak melakukan perbuatan dan selalu membuahkan hasil yang setimpal, jika manusia tidak sempat menikmati hasil perbuatannya seumur hidup, maka mereka diberi kesempatan untuk menikmatinya pada kehidupan selanjutnya.
ALIRAN HINDUISME
Ketika mempelajari tentang ajaran reinkarnasi dapat diperhatikan bahwa Ada beberapa aliran yang mempercayai adanya reinkarnasi ini yaitu beberapa pandangan yang memiliki suatu perbedaan, aliran ini antara lain Terdapat dua aliran utama yaitu pertama,mereka yang mempercayai bahwa manusia akan terus menerus lahir kembali. Kedua,mereka yang mempercayai bahwa manusia akan berhenti lahir semula pada suatu ketika apabila mereka melakukan kebaikan yang mencukupi atau apabila mendapat kesadaran agung (Nirvana) atau menyatu dengan Tuhan (moksha), Agama Hindu menganut aliran yang kedua. Kelahiran kembali adalah suatu proses penerusan kelahiran di kehidupan sebelumnya.
Kemudian dalam pengertian yang sebenarnya ada juga yang mengatakan bahwa reinkarnasi juga disebut dengan samsara, ini diakibatkan oleh konsep karma sehingga karma itu melahirkan konsep samsara yakni perputaran kelahiran disini di tugaskan bahwa nasib manusia berada dalam perputaran kelahiran, ia dilahirkan, ia hidup, ia mati, dan kemudian ia dilahirkan kembali. Begitulah seterusnya sebagai Samsara hidup yang tiada akhirnya hanya orang yang telah mencapai atman yang mulia, yang sudah tahu akan kemayaandirinyalah yang dapat dari samsara itu.
Dalam pengertiannya karma dapat diartikan secara harafiah yang berarti“perbuatan, kelakuan, tindakan”, Melalui proses waktu yang panjang karma menjadi perbuatan dan buah perbuatan itu berkaitan erat dengan ajaran reinkarnasi, yang menyatakan bahwa karma yang baik mendatangkan kehidupan selanjutnya yang baik pula, dan karma yang buruk mendatangkan kehidupan selanjutnya yang buruk.
Kepercayaan pada reinkarnasi yang dianut Shankara disebut “advaita” yang berarti “tiada yang dua” (semuanya satu), mereka memiliki suatu pandangan panteisme yang menyatakan bahwa Tuhan (Brahman) adalah segalanya dan segalanya adalah Tuhan, jadi Dunia adalah Tuhan dan Tuhan adalah Dunia, jadi ini merupakan pandangan secara filsafat Hindu, Kemudian Ramanuja sendiri memang merupakan pandangan yang tidak jauh berbeda dengan pandangan Shankara, akan tetapi merupakan suatu modifikasi dari pandangan sebelumnya, pandangan Ramanuja percaya adanya perbedaan antara Tuhan dan dunia. Ajaran mereka disebut denggan t “vishishtadvaita” berarti “beda tetapi tak beda”. Mereka mengatakan bahwa Tuhan à Pribadi kemudian Dunia & manusia à “Pribadi dan tubuh Tuhan“

BAB III
TINJAUAN ALKITAB TENTANG REINKARNASI
Alkitab dan reinkarnasi

Seperti yang dikatakan di dalam pendahuluan bahwa ada para pendukung ajaran reinkarnasi, baik yang menyatakan diri sebagai seorang Kristen maupun tidak, sering berpaling ke dalam Alkitab untuk mencari bukti dan konformasi tentang ajaran reinkarnasi mereka. Banyak pendukung ajaran reinkarnasi “Kristen” mengakui bahwa reinkarnasi tidak diajarkan secara jelas di dalam Alkitab, seperti ajaran Trinitaspun tidak diajarkan secara jelas di dalam Alkitab, ketidakjelasan kehidupan seseorang sesudah kematian sangat mirip dengan kemisteriusan sifat Trinitas Tuhan.
Mereka sering menggunakan ayat-ayat yang terdapat di dalam Alkitab sebagai reprensi mereka, untuk menguatkan argument mereka tentang ajaran reinkarnasi, Ayat-ayat alkitab yang terlihat seperti mendukung reinkarnasi:
Ayub 1:20,21
20 Maka berdirilah Ayub, lalu mengoyak jubahnya, dan mencukur kepalanya, kemudian sujudlah ia dan menyembah, 21 katanya: "Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil, terpujilah nama TUHAN!"

Disini orang-orang yang percaya akan reinkarnasi mengungkapkan adanya reinkarnasi, tetapi jika dilihat secara seksama kata “kandungan” yang diambil dari bahasa ibrani “shammah” digunakan disini sebagai kiasan untuk menggambarkan “tanah” yang adalah asal kita manusia.

Mazmur 139:13,15
Sebab Engkaulah yang membentuk buah pinggangku, menenun aku dalam kandungan ibuku…Tulang-tulangku tidak terlindung bagi-Mu, ketika aku dijadikan di tempat yang tersembunyi, dan aku direkam di bagian-bagian bumi yang paling bawah;
Yeremia 1:4, 5;
Firman TUHAN datang kepadaku, bunyinya: 5 "Sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, Aku telah mengenal engkau, dan sebelum engkau keluar dari kandungan, Aku telah menguduskan engkau, Aku telah menetapkan engkau menjadi nabi bagi bangsa-bangsa."
Galatia 1:15,16
15 Tetapi waktu Ia, yang telah memilih aku sejak kandungan ibuku dan memanggil aku oleh kasih karunia-Nya, 16 berkenan menyatakan Anak-Nya di dalam aku, supaya aku memberitakan Dia di antara bangsa-bangsa bukan Yahudi, maka sesaatpun aku tidak minta pertimbangan kepada manusia;

Ayat-ayat ini terkadang dipakai untuk menunjukan bahwa ayat ini berkenaan dengan keadaan manusia sebelum lahir, yaitu Yeremia dan paulus. Sebelum lahir, Yeremia dan Paulus ditetapkan untuk pekerjaan pelayanan mereka masing-masing, Tetapi prase yang mengungkapkan “Aku telah mengenal Engkau” lebih menunjukan kepada keberadaan Yeremia dan Paulus waktu mereka di dalam kandungan ibu mereka.
Kata mengenal dalam bahasa ibrani yang digunakan adalah “Yada” (mengenal), ini lebih dari pada sekedar pengetahuan intelektual tentang keterikatan pribadi, kata ini merupakan keterikatan secara politis, dimana keterikatan antara hamba (pelayan) kepada tuannya, penggunaan kata mengenal disini berorientasi kepada hubungan yang lebih dekat dan didukung oleh kata lain dan hubungan Tuhan dan Yeremia: “menguduskan” dan “menetapkan” adalah kata-kata yang menunjukan tugas khusus yang Tuhan berikan kepada Yeremia.
Mengenai usaha pendukung-pendukung ajaran reinkarnasi untuk menyelaraskan reinkarnasi dengan kebangkitan, para pendukung ini mengungkapkan bahwa jika direinkarnasi perlu adanya kebangkitan dan dibangkitkan perlu adanya reinkarnasi, tetapi pada dasarnya wujud dari reinkarnasi dan kebangkitan itu berbeda, akan tetapi menurut Geisler dalam bukunya mengatakan bahwa
“kebangkitan tidak boleh dikacaukan dengan reinkarnasi karena keadaan keduannya yang sangat berbeda…ajaran Alkitab mengenai kebangkitan agar kita dapat melihat perbedaannya yang mencolok dengan reinkarnasi yaitu, kebangkitan tubuh Tuhan Yesus adalah suatu contoh kebangkitan tubuh seluruh umat manusia yang diselamatkan. Oleh karena itu, titik tolak paling baik untuk mempelajari wujud tubuh manusia yang diselamatkan dan dibangkitkan adalah tubuh Kristus sendiri, apa yang berlaku pada tubuh baru Kristus berlaku juga pada tubuh baru semua orang yang diselamatkan”.

Seperti tubuh Kristus setelah bangkit dapat dikenal secara fisik seperti tubuh yang ia miliki sebelum kematian. (Luk. 24:13, dst; Yoh 20:11-29, Kis 1:4-9), tubuhnya dapat diraba (Yoh. 20:17; 24-29); dan dia makan makanan (Luk. 24:42; Yoh 21:1-23).

BAB IV
KESIMPULAN

Setelah membahas dan menjelaskan pembahasan di atas mengenai ajaran reikarnasi dapat disimpulkan dari tinjauan yang dilakukan bahwa reinkarnasi sebenarnya tidak diajarkan di dalam kekristenan, karena kekristenan hanya mengajarkan tentang bagaimana suatu kebangkitan itu terjadi seperti yang terjadi di dalam tubuh Kristus yang bangkit, jadi menurut pandangan saya ajaran reinkarnasi itu tidak dapat dipertanggung jawabkan secara benar. Jika memang benar terjadi reinkarnasi dan perputaran kehidupan dalam manusia, maka yang terjadi adalah tidak adanya perubahan jumlah dari penduduk bumi ini.
Akan tetapi memang dalam ajaran lain reinkarnasi diajarkan seperti di dalam ajaran agama Hindu, mereka menganggap manusia dapat mengalami suatu reinkarnasi di dalam hidupnya, dan ada orang yang menganggap kekristenanpun mengajarkan tentang hal tersebut, tetapi itu tak terbukti, karena Alkitab tidak mengajarkan ajaran reinkarnasi.
by. AG

KESELAMATAN DARI YESUS YANG MEMBERIKAN PENGHARAPAN DAN PENEBUSAN



BAB I
PENDAHULUAN

Dalam kehidupan manusia kita melihat banyak orang-orang yang merasa dirinya telah memiliki keselamatan yang datang dari dirinya sendiri, banyak juga orang-orang percaya yang mencari keselamatan diluar Kristus, dan bagaimanapun setiap langkah kehidupan kita harus berdasarkan sikap kita yang telah diselamatkan bagaimanapun yang telah kita lakukan, dalam pembahasan ini penulis ingin menunjukan apa itu anugerah Allah yang diberikan dan bagaimana sebenarnya kehidupan kita di dalam anugerah tersebut.
Kemudian apa hubungan iman dengan perbuatan dan hubungan penyucian dan pengudusan, dan kemudian apa itu pertobatan. Kesemuanya itu dapat dikatakan bahwa saling berkaitan satu sama lain yang perlu diperhatikan sekarang ini adalah bagaimana setiap orang mengerjakan semuanya ini, dan Allah sendiri mengaruniakan anugerahnya kepada kita umat manusia, dapat diperhatikan bahwa factor utama yang menentukan siapa yang akan diselamatkan dari dosa bukanlah keputusan orang yang bersangkutan, melainkan kedaulatan anugerah Allah , jadi lebih menekankan bagaimana Allah yang bekerja dari kekekalan hingga kekekalan, dan anugerahnya besar bagi umat manusia yang berdosa, dan tinggal bagaimana dan apa itu anugerah Allah dalam kehidupan manusia.
Bagaimana seorang yang telah ditebus dan diberikan anugerah memiliki suatu pengharapan yang pasti dari Allah dan memberikan suatu solusi yang terbaik untuk masa depan yang indah dan kekal bersama Yesus. Akan diuraikan pada bab selanjutnya bagaimana dan apa itu anugerah dan bagaimana hubungan iman dengan perbuatan dan sebagainya.

BAB II
Apa itu Anugerah Allah?

Tak dapat dipungkiri bahwa kehidupan manusia berada di dalam anugerah Allah yang luar biasa, setiap permasalah setiap kejadiaan yang menimpa kehidupan itu tak dapat kita sangkal, semua itu semata-mata hanya oleh karena anugerah Allah saja, apa itu anugerah Allah? Itu yang menjadi pertanyaannya, jika dilihat bagaimana kehidupan manusia yang semakin terpuruk dan hancur moral dan tingkahnya oleh karena dosa, dan bagaimana dosa telah merasuk dan terus terpuruk oleh tindakan-tindakan manusia yang mulai menyimpang dari kebenaran, dalam pandangannya Paulus bahwa dosa itu identik dengan berada di dunia, maka itu berarti dosa bersifat universal. Maka dapat dilihat dari sini bahwa manusia sesungguhnya tidak layak mendapatkan keselamatan itu, tetapi dapat diperhatikan bahwa Allah memiliki rencana yang luar biasa untuk kemuliaan nama-Nya, yaitu suatu penebusan yang tak dapat diberikan oleh siapapun di dalam dunia ini.
Dapat dikatakan pula bahwa sesungguhnya anugerah yang kita terima itu tak dapat ditolak oleh manusia yang telah dipilih, mengapa demikian? Karena manusia tidak dapat menolak atau merusak sedikitpun karunia-karunia rohani yang diberikan oleh Allah kepada manusia tersebut , sehingga mengapa disebutkan manusia itu tak dapat menolak anugerah yang diberikan oleh Allah kepadanya. Selain itu anugerah ini juga menyangkut dengan penebusan orang-orang berdosa, dimana penebusan itu bersifat sesuatu yang mutlak dan tak dapat ditolak, penebusan seperti apa yang dimaksud?
Penebusan yang dimaksud adalah bagaimana Yesus yang telah memberikan nyawa-Nya untuk mendamaikan manusia dengan Allah, ini juga dijelaskan oleh Rasul Paulus bagaimana Karya Allah yang mendamaikan di dalam Kristus, dalam bukunya Herman Ridderbos ia mengatakan bahwa
Selain pembenaran, Paulus juga menjelaskan relasi yang baru dengan Allah yang digenapkan di dalam kematian dan kebangkitan Kristus, sebagai pendamaian. Lebih dari satu kali ia menjajarkan keduannya. Misalnya, di Roma 5:9-10 Paulus menyejajarkan “dibenarkan oleh darah-Nya” dengan “diperdamaikan dengan Allah oleh kematian Anak-Nya”, atau di 2 Korintus 3:9 dan 5:18 ia menyandingkan “Pelayanan yang memimpin kepada pembenaran” dengan “Pelayanan pemdamaian.” 2 Korintus 5:18 dst. Juga menyatakan bahwa tindakan pendamaian Allah atas dunia diwujudkan dalam hal Allah “tidak memperhitungkan pelanggaran mereka” selain itu, ada berbagai ayat lain yang menegaskan kesejajaran ini.
Dalam hubungan seperti ini dapat diperhatikan bahwa, sesungguhnya anugerah yang paling besar dalam kehidupan manusia adalah, karya penebusan dan pendamaian yang dilakukan oleh Yesus terhadap umat-Nya dan menurut Paul Enns dalam bukunya mengatakan bahwa “Justifikasi adalah karunia yang diberikan melalui anugerah Allah (Rom 3:24) dan terjadi pada saat seseorang memiliki iman kepada Kristus (Rom 4:2; 5:1)” . Dan itu merupaka anugerah yang tak dapat ditolak oleh manusia yang memang harus menerima semuanya itu. Pada bab berikutnya akan dijelaskan bagaimana hubungan iman dengan perbuatan manusia pada saat dia mengalami suatu penebusan dan anugerah yang diberikan oleh Allah secara Cuma-Cuma.

BAB III
Hubungan iman dengan perbuatan

Bagaimana hubungan iman dengan perbuatan manusia, apa yang seharusnya manusia lakukan sebagai seorang manusia yang telah diselamatkan oleh Yesus di dalam penebusanya? Perlu dipelajari iman yang seperti apa dan bagaimana iman yang harus dimiliki oleh manusia yang telah ditebus oleh Yesus dikayu salib, dapat dikatakan bahwa iman itu adalah suatu kesandaran penuh terhadap suatu masalah dan segala sesuatu yang terjadi dalam kehidupan kepada sesuatu yang lebih besar, itu secara umum tetapi dapat diperhatikan bahwa iman berarti menyandarkan seluruh beban hidup kita kepada Kristus, seperti yang diungkapkan oleh seorang misionaris yang mendapatkan kata iman yaitu dia berkata”saya telah mendapatkan kata itu! Iman berarti menyandarkan seluruh bebanmu pada Kristus”
Iman itu akan membuahkan suatu tindakan atau perbuatan yang sesuai dengan pertobatannya, dan iman itu bermula pada respons kepada Firman Allah, itu yang menjadi dasar bagaimana Iman itu tetap bersandar teguh pada Firman Tuhan. Jadi Calvin sendiri terus menerus mendevinisikan iman sebagai suatu kepastian yang mutlak, dan iman juga bukan lah hanya pengetahuan intelektual melainkan suatu “keyakinan yang teguh dan efektif”
Ketika orang percaya memiliki iman di dalam Tuhan yang pada akhirnya dapat dikatakan bahwa iman itu akan menimbulkan ketekunan yang timbul dan berasal dari Allah sendiri, ini seperti yang jelaskan dalam buku Anthony A. Hoekema:
Akan tetapi, hal yang tidak dinyatakan dalam difinisi ini adalah bahwa orang-orang percaya hanya dapat bertekun melalui kekuatan Allah. Jika dibiarkan pada diri orang percaya sendiri, dibiarkan pada kekuatan mereka sindiri, pada sumber daya mereka sendiri, mereka pasti akan menjauh dan kehilangan keselamatan. Tetapi kehendak Allah tidka mengizinkan hal ini terjadi kepada umat milik-Nya, yang telah dipilih-Nya di dlaam Kristus sebelum penciptaan dunia (Ef 1:4) dan yang telah dipredestinasikan untuk menjadi serupa dengan Anak-Nya (Rom 8:29).
Ini menjelaskan bagaimana karena iman seseorang dapat memiliki suatu ketekunan dalam Tuhan, yang Tuhan sendiri berikan kepada umat-Nya, perbuatan yang dilakukan oleh manusia itu adalah bagaimana mereka bertekun dalam iman yang ketekunan itu sendiri memang Allah berikan kepada mereka, karena Allah tidak ingin supaya apa yang telah Ia miliki itu hilang, karena Allah memiliki kuasa atas semua yang terjadi di dalam hidup manusia.
Perlu disadari bahwa hubungan iman dan perbuatan itu sangat erat, yaitu bagaimana iman yang teguh terhadap Allah dan terhadap karya keselamatan yang telah Allah berikan melalui Yesus Kristus akan menimbulkan di dalam diri manusia itu suatu ketekunan dan yang menimbulkan ketekunan itu sendiri adalah Allah sendiri melalui Roh Kudus, seperti yang dikatakan di dalam TULIP “Iman ini dikerjakan oleh Roh Kudus, yang adalah pekerja dan Penanam iman.”
Pada bab selanjutnya yang akan dibahas adalah bagaimana hubungan penyucian dan pengudusan, dalam bab sebelumnya dapat dilihat bagaiman iman dan perbuatan itu saling berkaitan satu sama lain. Kemudian dalam bab yang ke IV ini akan dilihat hubungan antara penyucian dan pengudusan apakah memiliki suatu keterkaitan diantara keduanya.

BAB IV
Hubungan Pembenaran dan penyucian

Apa itu pembenaran dan bagaimana pembenaran itu dapat berjalan dengan baik? Dan apa itu penyucian? Setiap manusia yang telah mengalami iman maka dia akan mengalami suatu pemebenaran, karena iman orang berdosa yang telah dilahirkan kembali memperoleh pengampunan dosa (pembenaran). Jadi pembenaran itu adalah suatu pengampunan dosa yang diberikan oleh Allah kepada setiap manusia yang berdosa yang layak menerima anugerah ini, oleh karena iman yang dimiliki oleh manusia tersebut, yang dikerjakan oleh Roh Kudus, iman kepada Yesus Kristus sebagai juruslamat manusia.
Kemudian menurut Anthony A. Hoekema dasar bagi pembenaran adalah karya pendamaian Yesus Kristus, ini merupakan dasar yang harus dipegang ketika memiliki iman terhadap Yesus maka Ia akan mendamaikan manusia dengan Allah, dengan karya yang Dia buat untuk setiap umat manusia yang telah dipilihnya, yang berarti hal ini merupakan suatu penebusan atau pembenaran yang terbatas, seperti dalam bukunya Paul Enns menjelaskan bahwa:
Suatu istilah yang dipilih “penebusan terbatas” adalah penebusan tertentu atau Khusus yang menyatakan bahwa penebusan Kristus untuk jumlah orang yang terbatas dan tertentu atau khusus
Jadi penebusan Allah dan pembenaran Allah sendiri adalah suatu penebusan yang terbatas, terbatas dalam hal bagaimana Allah sendiri memilih orang-orang yang dibenarkan dan disucikan oleh kehendaknya saja, seperti yang dijelaskan sebelumnya, kemudian dalam hal ini setiap manusia yang terpanggil dan disucikan oleh Allah sendiri dapat ambil bagian dalam karya keselamatannya, yaitu dimana ketika dia disucikan dan dibenarkan maka perbuatannya akan menjadi lebih baik.
Apa itu penyucian? Ini menjadi pertanyaan dan apa hubungannya dengan pembenaran, mari melihat ke dalam pengertian dari penyucian itu sendiri, penyucian juga berarti pengudusan dan pengudusan itu adalah sesuatu hal yang terus disempurnakan dan menjadi suatu bagian yang terpenting dalam kehidupan orang percaya dalam menjalani kehidupannya, tetapi pengudusan itu sendiri dilakukan oleh kuasa yang diluar kuasa itu sendiri. seperti dalam penjelasan yang dijelaskan oleh Michael Bradley Pengetahuan Alkitab Ministries yaitu:
Pengudusan ini adalah proses progresif-bukan merupakan sesuatu yang terjadi sesaat konversi kami. Ini adalah pekerjaan progresif yang dilakukan oleh Roh Kudus selama seluruh kehidupan kita. Rasul Paulus mengatakan kepada kita bahwa kita harus "bekerja keluar" keselamatan kita dengan takut dan gentar. Dia mengatakan kepada kita bahwa ada hal-hal yang harus bekerja keluar - dan saya percaya bahwa salah satu hal yang pengudusan kita di dalam Tuhan - proses di mana Allah Bapa mulai membedakan kita kepada diri-Nya dan untuk mengubah kita untuk menjadi lebih alat suci-Nya kebenaran untuk digunakan.
Ini yang menyebabkan bagaimana kehidupan kita menjadi dibenarkan oleh Kristus, dan dikuduskan selalu, dan dibenarkan oleh Yesus di dalam kematian-Nya dikayu salib, bagaimana Proses yang terjadi adalah karena karya Roh Kudus sendiri di dalam kehidupan orang-orang percaya, dan pembenaran yang dilakukan oleh Yesus itu juga berhubungan dengan apa itu penyucian yang dilakukan oleh Roh Kudus.

BAB V
Hubungan Iman dan Pertobatan

Dalam bab sebelumnya telah dijelaskan bagaimana iman itu dapat menimbulkan suatu ketekunan sebagai suatu tindakan yang dilakukan oleh orang-orang percaya yang telah ditebus dan diselamatkan, dan iman juga sebagai modus eksistensi dari Hidup baru (pertobatan) yaitu hidup dalam situasi baru di bawah Roh dan tidak lagi dalam situasi lama di bawah huruf hukum. Ini merupakan hubungan yang sangat erat dimana iman dapat menimbulkan suatu perubahan hidup dalam pertobatan.
Perlu diperhatikan bahwa iman tidak hanya mendasari hidup baru dan karya Roh Kudus, tetapi anugerah Roh Kudus itu sendiri diterima melalui iman, dan dapat dijelaskan bagaimana iman itu dapat mempengaruhi kehidupan orang percaya menjadi suatu perubahan yang luar biasa dalam kehidupannya.

BAB VI
Kesimpulan

Dari seluruh pembahasan yang di atas dimana pengertia anugerah Allah yang begitu besar terhadap manusia yang berdosa dan bagaimana hubungan iman dan perbuatan dan apa hubungan pembenaran dan penyucian dan apa hubungan iman dan pertobatan seluruhnya merupakan suatu keterkaitan yang tak dapat dipisahkan dalam kehidupan orang percaya, dimana dalam kehidupan orang percaya.
" Karya anugerah Allah yang dengannya orang percaya adalah terpisah dari dosa dan menjadi didedikasikan untuk kebenaran Allah. Terdahulu oleh Firman Allah dan Roh Kudus, hasil pengudusan dalam kekudusan, atau pemurnian dari kesalahan dan kuasa dosa. Pengudusan adalah seketika di hadapan Allah melalui Kristus dan progresif di hadapan manusia melalui ketaatan kepada Roh Kudus dan Firman. "
Dan segala sesuatu yang telah terjadi didalam kehidupan manusia merupakan hasil pengudusan dari Allah dan melalui Roh Kudus dan keselamatan dari Yesus yang memberikan pengharapan dan penebusan yang hidup dan kekal, dan yang dibahas di dalam paper ini merupakan suatu keterkaitan satu sama lain, dan segala sesuatu hanya dari Dia, oleh Dia dan bagi Dia, segala kemulian hanya bagi Dia.
By: AG
SOLY DEO GLORIA

MEMPERTAHANKAN KEILAHIAN YESUS KRISTUS



BAB I
PENDAHULUAN

Dalam ilmu kristologi yaitu suatu pembelajaran yang mempelajari tentang keilahian Kristus, kemanusiaan dan pekerjaanNya, ini yang akan dibahas di dalam pembahasan paper kali ini, kemudian untuk hal-hal yang akan dibahas kali ini adalah bagaimana sifat ilahi dari Yesus sendiri, kemudian bagaimana menurut pandangan Alkitab mengenai Yesus dan apa saja tanggapan Yesus tentang diri-Nya sendiri, dan penyataan-penyataan Yesus tentang diriNya. Karena pada dasarnya jika Kristus bukan Allah, maka ia pasti mempunyai dosa, kalau ia berdosa mustahillah dapat menggenapi pekerjaan penebusan. Jika Kristus bukan Allah, maka ia hanya seorang yang Kudus dan nilai penyembahan kita padaNya pun amat rendah. Jika hal itu terjadi bagaimana iman kepercayaan kita pada Yesus yang sebagai Allah dan sebagai manusia, Dia memiliki dua nature yang berbeda di dalam diriNya.
Maka perlu diperhatikan di dalam pembahasan paper ini akan dibahas bagaimana penyataan-penyataan Yesus sendiri tentang ke ilahianya kemudian bagaimana pembahasan dalam Injil Yohanes 10:30 dan Yohanes 8:58 tentang keilahian Yesus sendiri, di dalam diri Yesus, Yesus sendiri adalah Allah yang kekal, “Yesus adalah Allah! Dia dan Bapa kekal adanya! Dia menjadi seorang manusia sehingga Dia dapat mati untuk dosa-dosa kita, tetapi Dia tetap adalah Allah!” , ini mendukung suatu pengakuan bahwa Yesus memiliki natur ilahi. Ini akan dibahas dalam bab selanjutnya bagaimana Yesus memberikan penjelasan tentang dirinya.
Demikianlah akan dibahas hal-hal tersebut sehingga dapat dipahami bahwa sebagai orang-orang Kristen dapat mempertahankan keilahian Yesus sendiri dengan memperlihatkan ucapan-ucapan Yesus sendiri, kemudian apa yang dimaksud dengan keilahian Yesus itu sendiri? menurut Paul Enns dalam bukunya The Moody Handbook of Theology “Kristus secara mutlak setara dengan Bapa dalam pribadi dan karya-Nya, Kristus adalah Ilahi yang tidak dapat dikurangi. ” oleh sebab itu dalam berbagai serangan yang dilakukan oleh orang-orang yang tidak percaya bahwa Yesus adalah benar-benar Allah yang bersifat Ilahi, dapat diberikan suatu pertahanan ketika ada suatu serangan yang dilakukan orang-orang yang tidak percaya tersebut.
Karena pada dasarnya ketika ada sebuah serangan yang dilakukan oleh orang lain terhadap keilahian Yesus, hal tersebut merupakan serangan yang dilakukan untuk menyerang dasar kekristenan. Akan tetapi dalam pembahasan pada paper ini akan dijelaskan bagaimana mempertahankan keilahian Yesus, walaupun itu tidak perlu karena Yesus merupakan Allah yang tak perlu dipertahankan, karena Allah adalah yang memiliki segala sesuatu di dalam dunia ini, tetapi yang perlu diperhatikan adalah bagaimana mempertanggung jawabkan iman percaya yang telah ada ini.

BAB II
PERNYATAAN YESUS MENGENAI SIFAT KEILAHIANNYA

Sebelum jauh dari hal ini dapat dilihat terlebih dahulu apa yang dinamakan keilahian tersebut, dimana dalam pengertian keilahian sendiri adalah bagaimana sebuah keilahian identik dengan ketuhanan, dan Yesus adalah Tuhan itu sendiri, dan jika diperhatikan di dalam Alkitab bagaimana banyak sekali yang membuktikan bahwa Yesus adalah Tuhan yang berinkarnasi menjadi manusia, dan ada beberapa rasul dan nabi yang memberitakan hal ini, dan hal ini terlihat sangat jelas di dalam pemberitaan Yohanes dan Paulus, tentang ini Prof. L. Berkhof berkata:
Berdasarkan hasil penelitian sangatlah mustahil menyangkal bahwa Yohanes dan Paulus mengajar tentang ke-Tuhanan Kristus. Di dalam Injil Yohanes pandangan tentang kemuliaan Kristus terlihat di dalam nats-nats berikut: Yohanes 1:1-3,14,18; 2:24,25; 3:16-18,35,36; 4:14-15; 5:18,20-22,25-27; 11:41-44; 20:28; 1 Yohanes 1:3; 2:23; 4:14-15; 5:5,10-13,20. Pikiran-pikiran yang sama terdapat dalam surat-surat Paulus dan surat Ibrani, yaitu Roma 1:7; 9:5; I Korintus 1:1-3; II Korintus 5:10; Galatia 2:20; 4:4; Filipi 2:6; Kolose 2:9; I Timotius 3:16; Ibrani 1:1-3,5,8; dan sebagainya.
Itulah mengapa dikatakan mengapa banyak orang yang memiliki suatu pandangan bahwa Yesus itu hanyalah seorang nabi biasa, itu semua salah, Yesus memang benar-benar Allah, dan bukan hanya bukti yang ada di atas tetapi banyak sekali penyataan Yesus yang menyatakan bahwa Dia adalah Allah yang benar-benar Ilahi.
Masalah pada saat ini adalah, orang-orang banyak yang mempertanyakan bagaimana dengan keilahian Yesus sendiri, di dalam kenyataannya bahwa Yesus memang benar-benar Allah yang berdaulat dengan melihat berbagai bukti yang dapat diberikan, antara lain dengan melihat bahwa Yesus memberikan pengakuan bahwa diri-Nya adalah benar-benar Allah, yaitu:
- Ia memiliki sifat-sifat ilahi
Yaitu suatu sifat yang ada sejak semula di dalam diri-Nya, dan Yesus memiliki sifat-sifat yang hanya dimiliki oleh Allah sendiri, ini merupakan suatu pernyataan yang benar-benar dilakukan oleh Yesus dengan membuktikan keilahian-Nya, dalam sifat-sifat itu antara lain adalah sifat Pra-Eksistensi yaitu sifat dimana sebelum segala sesuatu ada, ia sudah ada, seperti yang dijelaskan di dalam buku Dr. Peter Wongso yaitu “Pra-Eksistensi menunjukan sebelum alam semesta dan manusia ada, Ia sudah ada.” Ayat-ayat pendukungnya adalah Yoh 1:1, Ams 8:22-31; Yoh 8:58; Ef 3:11; Ibr 1:10; Yoh 17:5, dan ia adalah yang awal dan akhir: Alfa dan Omega.
- Ketidak berubahan
Hal ini merupakan penjelasan tentang bagaimana Yesus di dalam diri-Nya tidak mengalami perubahan dalam hal apapun, sedangkan manusia dijelaskan bahwa setiap manusia mengalami apa yang dinamakan peruabahan, manusia mengalami hal tersebut, “baik perubahan pikiran, kesehatan, kegemaran, tutur kata, bahkan hidupnya pun senantiasa berubah.” Inilah yang menyebabkan suatu hal yang berbeda dengan Yesus sendiri yang tidak mengalami perubahan dalam hal eksistensi-Nya, ia selama-lamanya tidak berubah, ayat-ayat pendukungnya adalah Ibr 13:8; Maz 90:2 dan seterusnya.
Itulah hal-hal yang perlu diperhatikan, bagaimana setiap manusia pasti dapat mengalami suatu hal yang lain, sedangkan Yesus dapat dimengerti sebagai suatu insan yang ilahi, dan ada beberapa penyataan Yesus sendiri yang menyatakan bahwa diri-Nya adalah Allah dan bersifat Ilahi diantaranya adalah sebagai berikut:
 Yesus mengakui diriya sebagai Ilahi tersirat dalam pengakuannya di dalam Khotbah di bukit, dalam khotbah ini Yesus menjelaskan bahwa diri-Nya adalah Allah dilihat dalam tiga sudut, yaitu Ia lebih besar dari Musa, disamping itu berulangkali Yesus menggunakan kata “Hanya aku berkata kepadamu” (Mat 5:22,28,32,39,42), ini menunjukan bahwa ia sebagai pembuat hukum dan mengumumkan Hukum Taurat ini. Kemudian Ia berkali-kali demi kehendak Allah menjadi patokan kehidupan manusia, ini menunjukan suatu kehidupan yang tertinggi dari manusia, yakni hidup bagi Allah, kemudian Ia mengutarakan tentang penghakiman pada akhir jaman, ini jelas bahwa “Yesus ingin menjelaskan dan menyatakan diriya sebagai Hakim itu” seperti yang dijelaskan oleh Dr Peter wongso dalam bukunya.
 Bukti bahwa Yesus itu Tuhan, di dalam diri Yesus sendiri secara konsisten Dia menjelaskan bahwa diri-Nya adalah Tuhan yang menyatakan dirinya dalam bentuk manusia, di dalam diri-Nya nyata akan penyataan-Nya bahwa dia adalah Tuhan, seperti yang dijelaskan oleh Chris Marantika Th.D:
Yesus Kristus mengklaim sendiri secara konsisten, bahwa Dialah Tuhan dengan menyatakan diriNya sebagai Yahweh Perjanjian Lama. Berkali-kali Ia menggunakan ungkapan “Ego Eimi” yang berarti “Aku adalah Yang Ada,” atau seperti yang diterjemahkan “Akulah Dia” (Yohanes 8:24, 28) dan “Aku Ada” (Yohanes 8:58), ungkapan Yunani ini merupakan terjemahan langsung dari istilah bahasa Ibrani Yahweh, yaitu nama Allah dalam Perjanjian Lama. Perulangan pemakaian panggilan ini oleh Yesus meyakinkan kita, Yesus memproklamirkan secara tegas bahwa diriNya adalah Tuhan Allah.

Ini menjadi bukti yang sangat konkrit bagai keilahian Kristus di dalam inkarnasinya sebagai manusia yang sejati, di dalam keilahiaNya itu terdapat sifat-sifat yang sangat menonjol dan hal tersebut dapat menjadi suatu bukti yang konkrit, “dan sangat jelas bahwa sifat-sifat ilahi ini dimiliki Kristus sejak kekekalan dan bahkan sebelum berinkarnasi.”
Kemudian di dalam bab selanjutnya bagaimana Yesus sebagai Ilahi yang kudus dijelaskan di dalam Yohanes 10:30, dimana Yesus mengakuai bahwa Dia dan Bapa satu, ini akan dibahas di dalam bab selanjutnya.

BAB III
MENURUT YOHANES 10:30

Yoh 10:30 εγω και ο πατηρ εν εσμεν
Dalam bahasa Yunani, bahasa injil Yohanes, kata εις (heis –maskulin- ) berarti angka satu dan ’εν‘ (hen – netral -) berarti ’kesatuan-dalam tujuan’ (unity - in purpose). Dalam ayat ini Yohanes menggunakan ’εν’ (hen, Strong #1520). Jadi, yohanes sedang berbicara tentang ‘kesatuan dalam tujuan’. Pertanyaan selanjutnya yang tak terelakkan lagi adalah, "apa ‘kesatuan tujuan’ itu?". Itu adalah penyampaian pesan ketuhanan kepada umat manusia. Yesus menyampaikan pesan itu dan misinya kepada pengikut-pengikutnya. Setelah melakukannya, ia menyatakan: dan Yesus sangat jelas mengatakan hal itu di depan para tua-tua Yahudi pada waktu itu seperti yang jelaskan oleh Paul E. Litle:
Yesus menyatakan diri-Nya Allah dengan cara yang cukup jelas bagi para pendengar-Nya. Sekali peristiwa Yesus berkata “Aku dan Bapa adalah satu” (Yoh 10:30). Oleh para pemimpin agama pernyataan-Nya sebagai Allah dianggap sebagai huhat dan mengakibatkan Dia harus disalibkan.
"And the glory which Thou hast given me, I have given to them (disciples); that they may be one, just as we are one." (John 17:22).
”Aku sudah memberikan mereka keagungan yang Bapa berikan kepada-Ku, supaya mereka menjadi satu, sama seperti Kita juga satu;” (Yohanes 17:22)
Yesus juga berkata:
"Holy Father, protect them in your name that you have given me, so that they may be one, as we are one." (John 17:11).
“Bapa yang suci! Jagalah mereka dengan kekuasaan nama Bapa, yaitu nama yang sudah Bapa berikan kepada-Ku—supaya mereka menjadi satu, sama seperti Bapa dan Aku juga satu.” Yohanes 17:11Dalam kedua ayat diatas, kata yunani yang digunakan oleh Yohanes adalah ‘εν' (hen, Strong’s #1520). Maka, tidak ada orang yang jujur dan yang takut akan Tuhan akan mengatakan 12 murid Yesus setara dengannya atau Bapa.
Dalam Yohanes 10:30, YESUS berkata, "Aku dan Bapa adalah satu." Dengan kata lain: 'Aku memiliki otoritas untuk berbicara bagi Bapa. Aku memiliki kuasa untuk bertindak bagi Bapa. Jika engkau menolak Aku, engkau menolak Bapa.'
Greek NT ινα παντες εν ωσιν καθως συ πατερ εν εμοι καγω εν σοι ινα και αυτοι εν ημιν εν ωσιν ινα ο κοσμος πιστευση οτι συ με απεστειλας
Yoh17:11 και ουκ ετι ειμι εν τω κοσμω και ουτοι εν τω κοσμω εισιν και εγω προς σε ερχομαι πατερ αγιε τηρησον αυτους εν τω ονοματι σου ους δεδωκας μοι ινα ωσιν εν καθως ημεις
Pertanyaan yang sering timbul adalah “Jika Yesus tidak menyatakan dirinya adalah Tuhan, mengapa yahudi mengambil batu dan bersiap untuk membunuhnya ketika mendengar kata-kata itu? Jawaban muncul dalam teks berikutnya dan di sana terdapat pula dialog penting antara yesus dan Yahudi. Yesus memang mengakui (lihat ayat 36) bahwa:
a. Dia dikuduskan (sanctified) oleh Tuhan. Peristiwa ini tidak terjadi kecuali ada ‘dua entitas yang terpisah dan independen’. Satu pihak yang ‘mengkuduskan’ sementara yang lain ‘yang dikuduskan’
b. Dia diutus (sent) oleh Tuhan. Teks ini membuktikan, satu pihak sebagai ’pengutus’, sementara yang lainnya adalah ’utusan’.
c. Dia adalah anak Allah. Teks ini membuktikan bahwa Yesus yang sebelumnya mengutip sebuah ayat Mazmur kepada penentangnya adalah hanya untuk menegaskan sebagai ’anak-anak Yang Maha Tinggi’. Silahkan Baca Mazmur 82:6 untuk detilnya.
Ayat Pendukung : Jesus said: "I go to the Father; for the Father is greater than I." (Jn. 14:28). Aku pergi kepada Bapa, sebab Bapa lebih besar daripada-Ku. Yohanes 14:28 Ayat ini dengan tegas menyangkal pernyataan bahwa Yesus setara statusnya dengan Bapa. Catatan: Siapapun yang berpikir bahwa kata ‘lebih besar’ tidak dimaksudkan lebih besar kekuasaannya atau statusnya, dalam Yohanes 13:16 juga dengan 17:3

BAB IV
MENURUT YOHANES 8:58

Dalam pembahasan bab sebelumnya dapat dimengerti bahwa Yesus menyatakan diri-Nya Allah dan membuktikan bahwa dirinya adalah seorang yang patut untuk disembah, pada bab ini akan dibahas bagaimana Yesus itu Tuhan karena Ia kekal, di dalam bagian teks Alkitab yaitu Yohanes 8:58 Kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sebelum Abraham jadi, Aku telah ada." Jadi ini adalah bagian yang menunjukan suatu bukti yang konkrit tentang pribadi Yesus sebagai pribadi yang ilahi.
Di dalam ayat ini terjadi suatu diskusi Kristologi yang sangat penting antara Kristus, yang berinkarnasi menjadi manusia, dengan mereka yang menganggap diri mereka mengenal Alkitab, di dalam ayat ini sangat jelas bila dilihat di dalam bahasa aslinya, jika di dalam terjemahan bahasa inggris KJV John 8:58 Jesus said unto them, Verily, verily, I say unto you, Before Abraham was, I am. Dijelaskan oleh Pdt. DR. Stephen Tong di dalam bukunya Allah Tritunggal demikian:
Abraham adalah suatu eksistensi yang pernah terjadi di dalam sejarah, teteapi keberadaan Abraham adalah keberadaan yang bisa lewat, dan memang sudah lewat. Namun, keberadaanKu adalah keberadaan sebelum Abraham, dan sesudah keberadaan Abraham lewat dan sampai sekarang keberadaanKu tetap ada. Ini suatu kesinambungan yang menunjukan keberadaan yang transenden, yang tidak digeser oleh waktu dan yang melampaui proses waktu. Ini adalah suatu Ousia yang hanya ada pada Allah.
Disini Yohanes menyatakan kekekalan Yesus sebagai salah satu oknum dari Allah Tritunggal, yang dimana Yesus sendiri merupakan sosok yang telah dinubuatkan sebelumnya oleh para nabi, bahwa Dia adalah yang kekal dan tidak terbatas, “karena jauh sebelum penjelmaanNya, para Nabi telah menubuatkan bahwa ia adalah kekal” ini mengindikasikan akan hal yang tak dapat dipungkiri bahwa Yesus benar-benar kekal dan tak terbatas, tidak ada manusia yang dapat mengakui dirinya adalah Tuhan selain Yesus sendiri.
Kemudian pernyataan yang paling menarik adalah pernyataan Yesus sendiri yang berbunyi “Aku berkata kepadamu sesungguhnya sebelum Abraham Jadi, Aku telah ada” ungkapan “Aku berkata kepadamu” adalah cara mengajar dengan penuh kuasa, kepastian dan ketegasan. Ungkapan yang “sesungguhnya” menekankan kebenaran pernyataan-Nya, kata “sebelumnya” menunjukan kepada periode tertentu yaitu masa Pra-eksistensi Abraham, kemudian kata “jadi” adalah sebuah kata kerja dengan keterangan waktu “aorist” yang menerangkan sesuatu yang terjadi secara pasti di suatu saat di masa lampau, dalam hal ini eksistensi daripada Abraham, yang sangat menarik adalah ungakapan “Aku ada” (kurang akurat bila diterjemahkan Aku telah ada). Jadi Yesus menegaskan akan keberadaanNya sebelum bapak Abraham.

BAB V
KESIMPULAN

Setelah mempelajari seluruh bagian ini bahwa sesungguhnya Yesus adalah Tuhan yang dapat dipertahankan di dalam kehidupan orang percaya pada saat ini, dimana di dalam setiap pergerakan yang terjadi pada saat ini, ada banyak orang yang ingin menggoyahkan kepercayaan yang dasar dari kekristenan. Dalam pembelaan terhadap hal-hal yang mengusik akan kehidupan orang-orang percaya pada saat ini, beberapa hal diatas dapat menjadi suatu pegangan dalam memberikan pembelaan iman orang-orang percaya pada saat ini.
Kemudian ketika penyataan-penyataan Yesus yang nyata bahwa diri-Nya adalah Allah yang menciptakan alam semesta ini, dan ayat-ayat yang mendukung semua hal tersebut dapat diaplikasikan di dalam kehidupan orang percaya pasti akan dapat memberikan solusi ketika ada pihak-pihak tertentu yang ingin menggoyahkan iman percaya orang-orang Kristen maka hal ini dapat membantu, dan sekali lagi bahwa Yesus adalah Allah sejati yang benar-benar Allah yang telah ada dari kekekalan sampai kekekalan, dan Yesus benar-benar memiliki sifat ilahi.
Semuanya adalah karena Allah begitu mengasihi umat manusia, sehingga Ia mengaruniakan anak-Nya yang tunggal untuk menjadi manusia dan menderita di dalam dunia ini, ini karean Allah tidak ingin manusia menjadi binasa di dalam api neraka yang kekal, semoga semua ini menjadi kemuliaan bagi Allah Bapa di Sorga,
By: AG
SOLY DEO GLORIA.

TAKUT AKAN TUHAN dasar dari HIKMAT dan PENGETAHUAN

teks: Amsal 1:7
bagiamana Salomo yang diberikan berkat...dia hanya meminta satu hal yang ternyata melebihi apa
"Takut akan Tuhan" (1:7). Ayat ini menyebut takut akan Tuhan "awal dari pengetahuan." mengingatkan Satu komentar dari Salomo di Amsal bahwa takut di sini bukan takut, melainkan "penghormatan Allah dinyatakan dalam tunduk kepada-Nya dan Ini sebenarnya arti dasar dari takut akan Tuhan. "takut akan Tuhan" di dalam seluruh Perjanjian Lama, di mana kata ini sering muncul dan diartikan sebagai "kekaguman, hormat" atau bahkan "iman yang benar " itu memiliki suatu pengertian bahwa, "Allah adalah Pencipta alam semesta dan kehidupan; itu sehingga tidak mungkin untuk mendapatkan pemahaman tentang tempat manusia dalam desain dan tujuan hidup tanpa pendekatan yang rendah hati kepada-Nya yaitu dengan takut kepada-Nya.
Tapi mengapa takut akan Tuhan itu awal "permulaan" atau titik awal? Karena keyakinan bahwa Allah yang harus dihormati dan satu-satu nya pintu yang terbuka untuk kebijaksanaan sejati. Hanya ketika semuanya berorientasi kepada Tuhan akan mendapatkan pengetahuan moral yang benar atau kebijaksanaan itu bisa diperoleh
Hubungan dengan Allah (pasal 3). Masalah-masalah kebijaksanaan dasar yang menyentuh dari Amsal dalam hubungannya dengan hubungan pribadi dengan Allah. Hanya jika kita mengenal Dia dan Dia akan menggenapi semua nasihat dalam buku amsal ini yang akan menghasilkan buah.
Pasal ini menyebutkan beberapa prinsip dasar hubungan dengan Allah. prinsip-prinsip itu antara lain, kita harus percaya kepada Tuhan sepenuhnya, dan mengakui-Nya dalam segala yang kita lakukan (ay. 5-6, kepercayaan, »Mazmur 18-21). Kita harus bergantung pada Firman Tuhan daripada hikmat manusia kita (ay. 7-8). Kita harus menghormati Tuhan dengan memberikan dengan murah hati (ay. 9-10).

- harus percaya kepada Tuhan sepenuhnya, dan mengakui-Nya dalam segala yang kita lakukan (ay. 5-6, kepercayaan, »Mazmur 18-21).
Percaya kepada Allah (3:5-6). Yaitu bagaimana pengajaran pada saat itu menyerukan kepada orang2 untuk "percaya pada Allah," yaitu, untuk menaruh harapan dan keyakinan seseorang dalam dirinya. kepercayaan-Nya kepada Allah harus dengan "segenap hatinya," yaitu, lengkap, penuh. Kecenderungannya adalah manusia sering mengikuti bimbingan ilahi hanya jika masuk dengan logika manusia atau kecenderungan kedagingannya sendiri, orang percaya tidak boleh "bersandar kepada dirinya sendiri," yaitu, menemukan dukungan di dalam dirinya, atau pemahamannya sendiri. Paling-paling, pemahaman hidup manusia adalah yg dpt berbuat salah, bimbang dan tidak pasti. Ini tidak menawarkan suatu dukungan atau kepastian (3:5).
Maka kita harus "mengakui" (lit., tahu = menyadari melalui observasi, penyelidikan, atau informasi./ memiliki pengetahuan atau informasi mengenai,/benar-benar yakin akan sesuatu.) mengakui Tuhan dalam segala jalan-Nya yang benar yang telah dinyatakan-Nya kepada manusia itu benar, yaitu, di dalam segala kegiatan dan upaya kehidupan kita. intinya adalah bahwa dalam setiap aspek kehidupan kita harus fokus pada Allah dan berjalan dalam terang rohani yang telah disediakan. Nasihat penjaga terhadap kecenderungan mengakui Allah hanya dalam ibadah formal atau dalam krisis kehidupan. Untuk mengakui Allah adalah untuk berkonsultasi dengan kehendak-Nya, mencari arah dan mengakui kedaulatan-Nya atas semua kehidupan. Ketika orang yang beriman kepada Allah maka, Allah akan "langsung" (lit., membuat lurus) jalan-Nya. Pemikirannya adalah bahwa ia akan memampukan kita untuk dapat melewati jalan yang berliku, dan hambatan yang menghambat kemajuan iman kita. Jadi perjalanan orang yang percaya akan mendapatkan pertolongan dari Allah untuk melewati semua tangtangan, bahagia dan sejahtera (3:6).

- Kita harus bergantung pada Firman Tuhan daripada hikmat manusia kita (ay. 7-8).
Patuhi Firman (ay. 5-10).

Jika kita benar-benar percaya kepada Allah, kita akan mematuhi-Nya. Kita mungkin berpikir bahwa kebijaksanaan kita sendiri sudah cukup, tetapi tidak itu sangat2 tidak cukup, kita membutuhkan hikmat Allah. Ayat 5 tidak mengajarkan bahwa orang Kristen seharusnya tidak berpikir dan mempertimbangkan fakta-fakta ketika membuat keputusan, karena Allah mengharapkan kita untuk menggunakan otak kita. Sebaliknya, itu berarti bahwa kita tidak harus mempercayai ide-ide kita sendiri atau kebijaksanaan kita sendiri, tetapi kita harus meminta Allah untuk mengarahkan kita
(Yakobus 1:5). “Tetapi apabila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat, hendaklah ia memintakannya kepada Allah, yang memberikan kepada semua orang dengan murah hati dan dengan tidak membangkit-bangkit ,maka hal itu akan diberikan kepadanya.”
Kesediaan untuk mematuhi perintah Allah adalah langkah pertama menuju mengetahui kehendak Allah (Yohanes 7:17). “Barangsiapa mau melakukan kehendak-Nya, ia akan tahu entah ajaran-Ku ini berasal dari Allah, entah Aku berkata-kata dari diri-Ku sendiri.” Perhatikan bahwa memberi dengan setia adalah bagian dari taat.

- Kita harus menghormati Tuhan dengan memberikan dengan murah hati (ay. 9-10).
Di Israel, menghormati TUHAN dengan. . . tanaman atau buah sulung dan semua itu adalah satu cara mengungkapkan rasa syukur mereka kepada-Nya untuk ketentuan-Nya (Ul. 26:1-3, 9-11). Ini merupakan suatu cara untuk mengakui Allah dan pertolongan-Nya (Amsal 3:6). Sebagai imbalannya, maka Allah (lih. ay 4) berjanji untuk mengisi lumbung (dengan gandum) dan tong. . . dengan anggur baru (tîrôš, "segar air anggur"). Secara umum memang benar bahwa kesalehan dapat mendapatkan hasil, bahwa kesalehan membawa kemakmuran (bdk. ay 2; Ul. 28:1-14; Matt. 6:33). Tapi ini semacam generalisasi, umum dalam Amsal, Allah tidak melarang dari membuat pengecualian. Jika Allah adalah diinvestasikan dalam, daripada dihormati. Amsal 03:10 adalah seimbang dengan ayat 11-12,

Dan kita harus ingat ketika masa sulit datang bahwa Allah mengasihi kita diam dan melihat pengalaman kita yang paling sulit sebagai disiplin cinta seorang Bapa yang sangat peduli kepada anak-Nya.

"Disiplin" (3:11-12). Dalam disiplin PL biasanya menyakitkan, tapi tidak terutama hukuman. Dalam bahasa Ibr kunci. kata untuk disiplin adalah Yaşar, yang berarti untuk menghukum, atau untuk menginstruksikan. Itu memberikan koreksi, tetapi tujuannya adalah untuk memberikan kontribusi positif dalam melatih seseorang dalam kebenaran. Seperti ayat-ayat ini menekankan, Yaşar (disiplin) dilakukan di lingkungan keluarga. emosi yang disampaikan tidak marah atau jijik, tapi cinta dan perhatian yang aktif. Seorang ayah mendisiplin anaknya untuk membantunya tumbuh menjadi seorang dewasa yang patut dipuji. Hanya karena itu Allah mendisiplin orang-orang yang mempercayai-Nya untuk membantu mereka bertumbuh menuju kedewasaan moral dan spiritual. sejarah Alkitab dan peribahasa kedua menunjukkan bahwa pada saat hukuman, sebuah batang "koreksi" (Amsal 29:15) adalah cara terbaik untuk menunjukkan kasih ketika orang-orang tidak akan merespon petunjuk verbal. Hal penting untuk diingat, seperti ayat-ayat ini menekankan, adalah bahwa ketika Tuhan mendisiplin itu karena dari, dan dengan sikap terus menerus, yaitu cinta.
Kesimpulan

Setelah kita belajar tentang beberapa prinsip-prinsip tentang takut akan Tuhan yang merupakan dasar dari semua pengetahuan yang ada, prinsip itu dapat memberikan pemahaman bagaimana kita dapat hidup takut akan Tuhan,,dan dapat melaksanakan semua itu dalam kehidupan kita
By: AG
SOLY DEO GLORIA

perlindungan Tuhan


Yesaya 31:1-9
Latar belakang kitab.
Dalam pasal ini dapat dilihat bagaimana pasal 31 sampai 32 itu merupakan suatu penghakiman dan pengharapan yang Allah berikan kepada mereka bangsa Yehuda, dimana nabi Yesaya memberikan tuduhan kepada para pemimpin Yehuda yang bergantung pada otonomi dan keunggulan dari militer Mesir (31:1-9). Dan pada masa dunia kuno keunggulan yang terbesar adalah bagi raja-raja yang memiliki sejumlah besar kuda dan kereta, dan itu hanya dimiliki oleh mesir yang dapat memberikan kekuatan besar untuk melawan negeri Asyur, jadi bangsa Yehuda tidak mengandalkan Allah sebagai sumber kekuatan mereka…ketergantungan pada kuda dan kereta merupakan lawan dari kepercayaan pada Allah sendiri.
Kemudian Yesaya mengajak umat Allah untuk melihat atau kembali kepada Allah sebagai Yang Mahakudus, Allah Israel yang bijaksana dan dapat membantu mereka, jika bangsa Yehuda tidak kembali maka kebijaksanaan-Nya akan berbalik melawan mereka dan tangan-Nya akan membinasakan musuh-musuh-Nya yang tidak bersandar pada-Nya. Orang-orang harus mengingat bahwa semua yang tidak bersandar pada Allah untuk berlindung pada yang lain selain Yang Mahakudus, mereka akan binasa dan dapat diketahui bahwa Allah Israel yang kuat itu yang meletakan ciptaan yaitu manusia dan semua kekuatan yang melawan Dia
Yang pertama Kata “celakalah”, diucapkan kepada mereka yang pergi ke Mesir dimana mesir merupakan kota yang kuat pada saat itu dan yang akan membantu mereka (psl 30:1-2), dan mereka bangsa Israel yang mengandalkan kuda Mesir (bdk. 30:16) dan kereta, bukan kepada Allah. Kata celakalah disini mengandung arti “berdukalah” (kesedihan atau tekanan yang besar “mengungkapkan rasa tidak senang yang ekstrim (yang luar biasa dan tidak biasa) “celakalah!” “Sebuah bagian yang mengekspresikan emosi yang tiba-tiba atau kuat.”) (Sebuah kata seruan, biasanya ratapan. Hal ini terjadi lima puluh kali dalam kitab para nabi dan sekali di tempat lain. Enam penggunaan lihat berkabung untuk orang mati (seperti yang saya Kgs 13:30), dan empat puluh melibatkan peringatan negatif atau ancaman hukuman fisik Allah. Tetapi dalam Yes 55:1 itu memperkenalkan undangan positif untuk datang dan membeli barang-barang yang baik tanpa uang atau harga) dan kata ini merupakan “partikel kata seru dan melibatkan peringatan negatif atau ancaman hukuman fisik Allah” yang diserukan oleh Allah kepada orang-orang Yehuda pada saat itu. Kedua tindakan yang dilakukan oleh bangsa Yehuda yaitu dengan pergi ke Mesir dan mencari bantuan kuda dan kereta, melanggar ketentuan Allah dan perjanjian yang telah dilakukan keduanya. (Ul. 17:16). Akan tetapi karena Tuhan tidak menarik kembali kata-kataNya, Dia akan menghakimi bangsa Yehuda untuk ketidaktaatannya, orang-orang Mesir tidak bisa membantu Yehuda (30:3. 5, 7) karena mereka adalah orang-orang lemah. Pada akhirnya hanya Allah yang dapat melindungi mereka dari musuh-musuh mereka, jika Yehuda bersikeras mencari pertolongan kepada Mesir, kedua Negara itu akan menerima bencana dari Allah sendiri. Aplikasi apakah kita masih seperti orang Israel dengan mengandalkan kekuatan manusia dan kekuatan kita sendiri untuk menghadapi masalah kita dalam kehidupan ini, baik dalam keluarga atau usaha atau apapun itu, maka kata Firman Tuhan “celakalah”
Kemudian yang kedua adalah “Perlindungan Tuhan” (31:4-9)
Perlindungan Tuhan (31:4-9) setelah kita melihat bagaimana Allah berseru kepada mereka melalui nabinya dengan mengatakan dengan tegas “celakalah”, maka dalam ayat selanjutnya dapat kita lihat bagaimana Allah juga meyakinkan mereka bahwa kebesaran-Nya akan melindungi mereka dari ancaman negeri Asyur yang menakutkan, seperti seekor singa bertemu dengan kawanan domba dan tidak takut dengan sejumlah gembala, sehingga TUHAN tidak pula takut akan orang-orang Asyur, Allah adalah yang berkuasa dan yang memiliki segala sesuatu, dan bagaimana mungkin 31:4-5. Allah meyakinkan orang bahwa kebesaran-Nya akan melindungi mereka dari ancaman Asyur yang menakutkan. Seperti seekor singa bertemu dengan kawanan domba dan tidak takut terhadap sejumlah gembala, sehingga TUHAN tidak takut terhadap orang-orang Asyur. Dia berjanji untuk berperang di Gunung Sion, dan seperti burung terbang di atas, Dia akan melindungi Yerusalem dan tidak membiarkannya jatuh ke tangan musuh
Allah dapat melindungi umat-Nya! Nabi menyamakan kemampuan dari Allah ini seperti singa, singa yang akan memangsa mangsanya walaupun ketika gembala membuat suara keras untuk menakut-nakuti dia untuk pergi, dan burung-burung yang berterbangan, yang bermaksud untuk menakut-nakuti penyusup untuk melindungi anaknya yang berada di sarang, Tuhan adalah kuat seperti singa saat ia menghancurkan musuh, dan peduli seperti burung saat Ia melindungi Yehuda.(ay 4-5)
31:6-7. Sejak Yehuda akan diselamatkan oleh Allah (ay. 5), Yesaya meminta bangsa Israel untuk kembali kepada-Nya. Akhirnya mereka akan membuang berhala mereka pergi (lih. 30:22) demi Allah yang benar. Oleh karena itu Yehuda harus membuangnya sekarang. harapan masa depan mereka dikerajaan yang baru harus mengubah perilaku mereka saat itu juga. Realitas masa depan harus memiliki dampak etis pada kehidupan mereka, dampak yang nyata karena telah diselamatkan. Aplikasi Bagaimana dengan kita pada saat ini, apakah kita sudah datang kepada Allah dengan sepenuh hati kita, atau kita masih memiliki berhala-berhala duniawi, atau kita bersandar penuh kepada Allah yang berkuasa dan selalu menopang kita, dan merubah perilaku kita yang harus memiliki perubahan yang signifikan.



By: Androny Gorion